<>

Kamis, 24 Oktober 2013

Penelitian Musik Klasik di Indonesia

 

Penelitian Musik Klasik di Indonesia


Pendidikan tinggi musik negeri yang kini mengembangkan bidang pendidikan musik klasik bukan hanya di ISI Yogyakarta, tapi juga di perguruan tinggi negeri yang lain, misalnya Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, ISI Surakarta, STSI Bandung, dan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Di samping itu tidak sedikit serguruan tinggi swasta yang juga mengelola pendidikan musik klasik seperti misalnya UKSW di Salatiga, IKJ Jakrta, dan UPH Jakarta. Penelitian di bidang musik adalah suatu keharusan bagi anggota perguruan tinggi Indonesia yang mendalami bidang ini. Hingga kini tentunya tidak sedikit hasil-hasil penelitian musik yang telah dipublikasikan.


Pada sub bab ini salah satu hasil penelitian di bidang musik klasik yang dilakukan oleh Indrawan (2004) di ISI Yogyakarta. Penelitian ini menjajaki sejauh mana kontribusi seni transkripsi gitar klasik terhadap pengembangan bidang studi gitar dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia melalui pengkajian bobot keilmuan pada proses tersebut. Penelitian diawali dengan survey kualitatif terhadap beberapa kategori pengguna publikasi repertoar gitar klasik seperti: pengajar, pelajar, dan pemain gitar, guna mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat akan kompetensi seni transkripsi para calon sarjana gitar di Indonesia. Pada langkah berikutnya analisis dalam rangka mengetahui bobot keilmuan proses transkripsi gitar klasik dilakukan terhadap beberapa edisi naskah musikal dan sumber-sumber terkait yang dianggap paling dekat kepada manuskrip aslinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika ketrampilan seni transkripsi gitar klasik dapat disertakan dalam kurikulum pendidikan tiggi musik Indonesia maka akan memberikan kontribusi yang besar terhadap kualitas studi gitar, lulusan-lulusannya, dan ketersediaan kopi asli naskah musikal buatan Indonesia dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat Indonesia


Penelitian ini mengkaji bobot keilmuan proses transkripsi gitar klasik melalui analisis perbandingan teks musik dalam rangka mengexplorasi peranannya dalam mengembangkan studi gitar di tingkat pendidikan tinggi musik Indonesia. Kecuali komposisi asli dari para komponis gitar yang ditulis sejak paruh kedua abad ke-19, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh repertoar seni musik Barat untuk gitar klasik merupakan hasil transkripsi, baik dari sistem notasi tablatur jaman Renaisans dan Barok, naskah musikal standar untuk instrumen selain gitar, maupun dari manuskrip atau naskah musikal asli untuk gitar kuno pada periode Klasik dan permulaan Romantik.


Walaupun pekerjaan transkripsi bukan merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan, hingga saat ini seni transkripsi belum mendapatkan penghargaan yang selayaknya sebagai suatu bagian dari ilmu musik. Sehubungan dengan itu guna menjajaki perananya dalam pengembangan studi gitar, penelitian ini mengangkat beberapa pertanyaan yaitu:

(1) Mengapa seni transkripsi umumnya belum memperoleh perhatian dalam pendidikan praktikum musik?

(2) Bagaimanakah peranan transkripsi gitar klasik dalam dunia penyajian musik?

(3) Apakah seni transkripsi gitar memiliki bobot keilmuan tertentu sehingga pantas untuk di sertakan dalam kurikulum pendidikan tinggi musik di Indonesia?


Penelitian tentang gitar yang pernah dilakukan di antaranya ialah studi-studi tentang sumber-sumber repertoar gitar yang berasal dari alat musik petik Lute pada periode Renaisans di sekitar abad ke-15 dan ke16. Penelitian yang dilakukan oleh Schmidt (1969) membahas naskahnaskah musikal dalam tablatur, yaitu suatu sitem notasi grafis untuk lute yang terdiri dari sederetan garis horizontal, angka-angka dan simbolsimbol lain yang tidak didasarkan atas ketinggian nada melainkan letak jari-jari tangan kiri pada fingerboard. Fokus pembahasannya ialah pada buku tablatur pertama untuk lute Eropa berjudul Intablatura de Lauto (1507) karya Franscesco Spiracino. Peneliti lain yang melakukan hal serupa ialah Tayler (1992) yang mengkonsentrasikan pembahasannya pada komponis Lute Renaisans, John Dowland.


Beberapa peneliti lain menyoroti Vihuela, sejenis instrumen pendahulu gitar dari Spanyol pada masa Renaisans yang merupakan saingan dari Lute di Eropa. Ward (1953) membahas sejarah repertoar dan jenis Vihuela de Mano di antara tahun 1536 dan 1576 dan Annoni (1989) memusatkan perhatiannya pada pedagogi dan system penalaan Vihuela menurut manuskrip Juan Bermudo, Declaracion de Instrumentos Musicales (1555). Sementara itu Harder (1992) memfokuskan diri pada hasil transkripsi gitar klasik dari Vihuela dengan mengambil sampel sembilan karya fantasia yang paling terkenal dari manuskrip Ophérnica Lyra karya Miguel de Fuenllana (1554). Fokus studi-studi tersebut tampaknya adalah isntrumen-instrumen pendahulu gitar sedangkan problematika yang terjadi dalam proses transkripsi belum dibahas.


Guna mengkaji bobot keilmuan seni transkripsi dan manfaatnya dalam rangka menjajaki peranan transkripsi dalam dalam pengembangan studi gitar di perguruan tinggi seni Indonesia, diperlukan data-data langsung berupa

(1) teks musikal dalam bentuk terbitan teks hasil transkripsi,

(2) informasi tentang dan penyaji dan pengguna teks transkripsi gitar klasik seperti gitaris, murid dan guru gitar, dan

(3) dokumen-dokumen berupa informasi pendidikan dan pengajaran gitar di beberapa perguruan tinggi.


Penelitian ini dilakukan pertama-tama dengan melakukan survey terhadap pengguna teks gitar klasik di Indonesia mengenai ketersediaan, penggunaan dan juga kepedulian akan pentingnya transkripsi gitar klasik. Tahap berikutnya ialah membandingkan bobot praktikum gitar pada beberapa program studi musik dan akhirnya mengkaji proses transkripsi melalui perbandingan teks-teks musik. Analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa edisi transkripsi terhadap manuskrip aslinya. Akhirnya pengujian bobot keilmuan berdasarkan konsep pemikiran musikologi dalam rangka menjajaki peranan seni transkripsi dalam mengembangkan studi lanjut gitar klasik di Indonesia.


Semua naskah musikal yang dihasilkan melalui proses pemindahan, apakah dari notasi kuno ke moderen maupun dari penulisan asli untuk instrumen lain atau pendahulu gitar ke gitar klasik moderen, dalam penelitian ini akan disebut sebagai transkripsi. Transkripsi adalah bagian dari kerja editorial, yaitu suatu kegiatan yang berhubungan dengan persiapan suatu teks yang akan diterbitkan. Dalam konteks musik, hasil kerja editorial adalah terbitan edisi suatu teks musik, baik dalam bentuk kumpulan karya-karya maupun hanya sebuah karya saja. Dengan demikian transkripsi sebuah karya musik bisa tersedia dalam berbagai edisi yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan melalui kerangka pemikiran musikologi. Kinkeldey dalam Apel (1965:473) memberikan deskripsi cakupan musikologi yang meliputi pengetahuan sistematik tentang musik yang menyeluruh yang merupakan hasil dari metode penelitian ilmiah, proses perkembangan musik dan hubungan antar manusia. Amer (1973:211212) berpendapat bahwa musikologi adalah studi kesarjanaan tentang musik yang meliputi hampir seluruh bidang musik. Walaupun ia tidak menyertakan bidang pertunjukan dan komposisi namun ia mengakui adanya penyertaan kedua bidang tersebut dalam kajian musikologi.


Apel (1978:327) memberikan deskripsi yang lebih sistematis dan sederhana tentang musikologi. Secara teoritis musikologi meliputi tiga bidang utama yaitu kajian historis yang berkaitan dengan seni musik Barat, kajian komparatif yang sekarang dikenal dengan etnomusikologi, dan kajian sistematik seperti ilmu akustika (fisika bunyi, seperti misalnya tentang gelombang dan frekuensi bunyi musikal), psikologi, fisiologi, estetik, sosiologi, pedagogi dan teori musik (ilmu melodi, ritem, harmoni, kontrapung, dsb.).


Akhir-akhir ini musikologi telah didefinisikan secara lebih longgar sehingga dapat diterapkan juga pada bidang-bidang kritikisme dan bidang-bidang yang berkaitan dengan pertunjukan musik. Kontribusi utama dalam kaitan tersebut adalah persiapan edisi-edisi yang bertanggung jawab (Apel 1978:327). Dengan demikian kedudukan transkripsi dalam bidang praktek pertunjukan musik adalah sebagai bagian dari proses editorial.


Di antara beberapa sumber mengenai editoial musik yang berorientasi pada proses peyajian musik didiskusikan oleh Grier (1996). Editorial musik memiliki posisi dan hubungan yang erat dengan kajiankajian musik lain seperti musikologi, ilmu philology, sejarah musik, semiotika, gaya musik, dan komposisi. Ia berkesimpulan bahwa studi editorial merupakan cabang dari kritikisme historis. Editorial bermula dari penyelidikan kritis dan historis tentang penerapan pendekatan semiotika terhadap suatu teks musik. Pemahaman kritis editor tentang karya musik dalam konteks historis menyediakan kriteria akhir yang menentukan bentuk teks musik (Grier 1996:36).


Sedikit berbeda dengan pembahasan Grier (1996) yang lebih berorientasi pada piano, problematika editorial transkripsi gitar klasik memiliki kompleksitas yang sedikit lebih rumit daripada piano. Konstruksi keyboard dan sistem notasi pendahulu piano (misalnya Spinet dan Harpsichord), tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan piano modern. Sementara itu evolusi fisik instrumen gitar dari abad ke abad memiliki perubahan yang lebih drastis terutama pada perubahan jumlah dawai, penalaan, ukuran, teknik bermain, dan cara duduk. Termasuk yang paling signifikan ialah perubahan dari notasi tablatur yang tidak mengacu kepada masalah tinggi dan rendah nada melainkan pada posisi jari ke notasi modern.


Berdasarkan beberapa asumsi musikologi di atara berbagai proses suatu kegiatan musikal, termasuk transkripsi gitar klasik, memiliki bobot keilmuan musikologis jika:
(1) Aktivitasya bermula dari penyelidikan kritis dan historis tentang teks musik dalam rangka menentukan bentuk akhir suatu teks musik
(2) Proses pelaksanaannya menggunakan prosedur penelitian ilmiah yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan musik dan hubungan antar manusia secara umum.
(3) Aktivitasnya memiliki kaitan dengan bidang pertunjukan dan komposisi musik.
(4) Di samping memiliki kaitan dengan pertunjukan musik seni Barat kontribusi utamanya adalah persiapan edisi-edisi karya musik yang bertanggung jawab.


Hasil survey kualitatif yang dilakukan di penghujung 2004, baik melalui komunkasi langsung, telepon, maupun internet (email), menunjukkan bahwa umumnya para responden menggunakan fotokopian teks transkripsi musik jaman Barok dan Klasik sebagai repertoar gitar mereka. Hal ini tidak semata-mata menunjukkan kurangnya kesadaran akan pentingnya penghargaan terhadap hak cipta, namun juga mengisyaratkan betapa sulitnya memperoleh cetakan asli dengan harga yang terjangkau. Walaupun demikian para responden setuju bahwa seharusnya seorang penyaji musik harus menghormati hak cipta dengan menggunakan cetakan asli.
Tidak satupun dari responden memiliki perkiraan bahwa para maestro gitar tidak hanya melakukan latihan-latihan berat dalam mempersiapkan produksinya tapi juga bekerja keras sebagai seorang editor dan transkriptor dengan pena di balik meja. Semua responden memberikan komentar yang mengarah kepada persiapan teknis jika mereka sendiri yang akan mempersiapkan pertunjukan professional. Upaya-upaya yang perlu diperlukan ialah mencari bimbingan dari guru yang baik, masuk ke sekolah musik yang terbaik, latihan berat dan intensif, persiapan mental, belajar tampil di hadapan publik, dan memperluas reperoar.


Hasil survey terhadap beberapa silabus internasional menunjukkan bahwa tingkat ketrampilan gitar yang diterapkan di manapun termasuk dalam kurikulum pendidikan tinggi musik pada dasarnya memiliki konsep yang sama. Walaupun demikian standar terrendah penerimaan grade setiap program studi di perguruan tinggi berbeda-beda.

 

Tabel 1: Perbandingan anatomi tingkat ketrampilan gitar

 

Di University of Melbourne Australia standar minimal untuk program undergraduate adalah grade 7 menurut standar kurikulum Australian Music Examination Boards (AMEB) atau kurikulum lain yang setingkat. Sementara itu syarat minimal untuk masuk ke ISI Yogyakarta ialah tingkat ketrampilan 5 atau yang sederajat. Perbandingan di antara tingkat-tingkat ketrampilan tersebut dapat dilihat pada tabel di atas


Tabel yang disusun oleh Indrawan (1998:41) di atas digunakan untuk membandingkan tingkat ketrampilan gitar yang pernah di terapkan di Jurusan Musik, ISI Yogyayarta, pada tahun ajaran 1992/1993 dengan tingkat-tingkat ketrampilan gitar pada beberapa kurikulum ujian sertifikasi kompetensi musik internasional seperti Trinity College, Yamaha Music Foundation (YMF), Associated Board Schools of Music (ABRSM), dan Australian Music Examinations Board (AMEB).


Tabel berikut ini menunjukkan perbandingan bobot mata kuliah praktikum gitar pada empat perguruan tinggi di Indonesia yang pada dasarnya juga menggunakan perbandingan umum tingkat-tingkat ketrampilan gitar di atas dalam membedakan kompetensi satu tingkat dengan tingkat yang lainnya.


Tabel : Beban praktikum gitar klasik pada program studi musik di empat perguruan tinggi Indonesia.


Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat ketrampilan gitar minimal yang dituntut untuk menjalani praktikum instrumen mayor adalah grade 3. Dengan pertimbangan bahwa satu tingkat ketrampilan umumnya dicapai dalam satu semester, maka jika tingkat ketrampilan minimal yang dipersyaratkan adalah grade 3, di akhir semester keenam seorang mahasiswa program Sarjana S1 maupun D3 akan mencapai grade 8, suatu tingkat ketrampilan yang cukup tinggi yang di antaranya mencakup karya-karya hasil transkripsi dari instrument lain.


Ketika masih berada di bawah naungan Fakultas Kesenian (sekarang Fakultas Seni Pertunjukan), Jurusan Musik di ISI Yogyakarta membawahi empat program studi yang meliputi program S1 yaitu Teori Komposisi, Musik Sekolah dan Musikologi, dan satu program studi D3 Penyaji Musik. Dengan demikan tingkat ketrampilan yang dituntut menjadi lebih bervariasi dari yang sistem yang diterapkan sekarang.


Tabel : Anatomi tingkat ketrampilan gitar di Jurusan Musik FK ISI Yogyakarta tahun ajaran 1992/1993 (Indrawan, 1991)

Kualifikasi (perkiraan)

Tingkat Ketrampilan

Program Studi

Teori Komposisi

Musik Sekolah

Musikologi

Non Gelar

Artsit

Gitar 14

Gitar 13

Academic

Gitar 12

Gitar 11

Intermediate

Gitar 10

Gitar 9

Transitional

Gitar 8

Gitar 7

Preparatory

Gitar 6

Gitar 5

Elementary

Gitar 4

Gitar 3

Beginner

Gitar 2

Instrumen Minor Pilihan untuk mahasiswa dengan Instrumen Mayor Non Gitar

Gitar 1


Jika kita simak kembali tabel pertama maka tampak dengan jelas bahwa beban praktikum gitar di ISI Yogyakarta merupakan yang paling ringan dibanding ketiga perguruan tinggi lainnya. Kecuali di ISI Yogyakarta yang hanya memiliki dua macam mata kuliah, ketiga perguruan tinggi yang lain memiliki setidaknya tiga macam mata kuliah praktikum gitar. Yang paling menyolok ialah terdapatnya subjek Resital pada semua perguruan tinggi kecuali ISI Yogyakarta. Hal ini agak tampak janggal karena tampaknya Resital lebih tepat diterapkan pada program studi Seni Musik dari pada program studi Kependidikan.


Para mahasiswa musik di Indonesia akan membawakan karyakarya transkripsi yang biasanya terdapat pada tingkat ketrampilan tinggi sesuai dengan tingginya rata-rata target pencapaian ketrampilan yang dituntut pada perguruan tinggi seni di Indonesia saat ini. Dengan adanya tuntutan resital maka mereka dihadapkan kepada tuntutan keaslian dan profesionalisme pertunjukan maka penyediaan cetakan asli naskah musikal atau menulis transkripsi sendiri menjadi hal yang tak terhindarkan.
Dalam penelitian ini telah dianalisis empat buah teks dari periode Renaisans dan Barok. Dua karya yang pertama berasal dari periode Renaisans. Yang pertama ialah "Galliard 2: The most sacred Queene Elizabeth, her galliard" dari Varietie of Lute Lesson karya Robert Dowland (1610), sebuah kumpulan tablatur karya-karya komponis-komponis utama Lute dalam transkripsi skor piano oleh Hunt (1957). Teks musik yang dibandingkan ialah dari edisi Silsen (1973), Duarte and Poulton (1974), dan Scheit (Universal Edition 12402). Sedangkan yang kedua adalah juga berasal dari Lute Renaisans yaitu Ricercari und Fantasien karya Francesco da Milano (1497-1543) dalam edisi Scheit (1982).


Dua teks musik lain yang dianalisis ialah repertoar Barok yang berasal dari Lute Barok dan Organ. Karya Barok yang pertama ialah Prelude Fugue and Allegro, BWV 998, untuk Lute Barok, karya Johann Sebastian Bach (1685-1750), dalam edisi gitar Otai (1985), Yamaha (16460), Teuchert (1978), dan Behrend (1974). Edisi-edisi tersebut dibandingkan dengan transkripsi skor piano dari tablatur dalam salinan Neue Ausgabe Sämtlicher Werk; Herausgeben vom Johann-SebastianBach-Institut Göttingen und vom Bach-Archiv Leipzig, seri kelima jilid kesepuluh kumpulan Klavier- und Lautenwrke yang disalin oleh Thomas Kohlhase (1976) sebagai alternative dari tablatur.


Karya Barok yang kedua ialah Aria detta la Frescobalda untuk Organ karya Girolamo Frescobaldi (1583-1643) dalam edisi gitar Segovia (1939), Otai (1985), dan Yamaha (16-460). Edisi-edisi tersebut dibandingkan dengan salinan manuskrip skor asli untuk Organ yaitu Organ and Keyboard Works Jilid IV dari buku kedua kumpulan Tocatta dan Canzoni, koleksi Nicolo Borbone (1637). Judul manuskrip asli dokumen tersebut ialah Il Secondo Libro di Toccate, Canzone, Veri d'Hinni, Magnificat, Gagliarde, Correnti et Altre Partite d'intavolatura di Cimbalo et Organo di Girolamo Frescobaldi, Organista in S. Pietro di Roma. (in Roma 1637, da Nicolo Borbone). Salinan yang digunakan dalam studi ini adalah bagian dari seri Complete Edition edited from the Original oleh Pierre Pidoux (1948).
Hasil analisis teks-teks musik di atas menunjukkan bahwa proses editorial transkripsi suatu komposisi hingga siap untuk ditampilkan bukanlah hal yang sederhana. Di samping diperlukan suatu ketelitian yang tinggi, proses transkripsi gitar klasik ternyata disertai dengan berbagai keterlibatan yang kompleks meliputi berbagai aspek musikologis dari yang bersifat teoritis hingga praktis. Sehubungan dengan itu dapat dimaklumi jika selama ini ketrampilan menyusun transkripsi seakan-akan hanya dimiliki oleh pemain-pemian gitar berpengalaman yang telah mempelajari musik secara komprehensif dalam waktu yang cukup lama. Seperti halnya keahlian psikomotorik para maestro dalam bidang penyajian musik yang merupakan kulminasi dari pengetahuan musik secara lengkap, demikian juga dengan keahlian transkripsi. Melalui karyanya kita bisa memperkirakan latar belakang pengetahuan teori dan praktek musik seorang transkriptor.


Sebagai contoh ialah problematika yang terungkap dalam transkripsi gitar karya Aria detta la Frescobalda untuk Organ karya Girolamo Frescobaldi (1583-1643). Hampir semua edisi gitar dari karya ini mengacu kepada transkripsi Andres Segovia (1893-1987). Hal tersebut dapat dibuktikan dari berbagai publikasi edisi karya ini yang tersedia dalam repertoar gitar klasik saat ini. Jika tidak dalam bentuk penerbitan edisi baru yang pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang terlalu banyak, setidak-tidaknya para gitaris professional, termasuk Julian Bream, memilih untuk memainkan edisi Segovia daripada edisi yang lain.
Permainan karya Frescobaldi oleh Segovia sendiri bisa dijumpai dalam beberapa edisi rekaman. Salah satu di antaranya ialah sebuah kompilasi berjudul "Andrés Segovia", yang diproduksi oleh Dejavu Retro Gold Collection-Recording Arts SA (2001). Tampaknya pertunjukan langsung Segovia dalam rekaman tersebut tidak diedit sehingga beberapa nada yang tak sengaja tergelincir dan juga sambutan tepuk tangan audiens di setiap akhir penyajian suatu karya turut terrekam sehingga tampak keaslian seni penyajiannya.


Karya Aria detta la Frescobalda untuk Organ dimulai dengan tema yang diambil dari melodi Aria yang dikenal dengan judul "la Frescobalda" dan kemudian dikembangkan kepada beberapa variasi. Dalam rekaman tersebut Segovia memainkan karya ini secara berbeda dari terbitan transkripsinya sendiri. Bagian penutup yang seharusnya ada menurut naskah aslinya namun tidak dicantumkan dalam edisi Segovia, ia sendiri memainkannya dalam rekaman. Walaupun demikian ia memainkannya di tengah-tengah dan bukannya di bagian akhir. Dalam penyajian tersebut ia juga memindahkan variasi yang seharusnya dimainkan menjelang variasi penutup ke depan setelah tema Aria. Bahkan di antara variasivariasi tersebut ia menyelipkan tarian-tarian corrente yang lain.
 


Skor asli Aria con Variazioni untuk Organ dalam modus Dorian.

 

Pada manuskrip aslinya sebagai mana tampak pada kutipan di atas karya ini ditulis dalam tanda mula nol kres atau natural. Jika kurang teliti maka kita akan menduga bahwa karya tersebut ditulis dalam C mayor atau A minor padahal karya tersebut ditulis tidak pada nada dasar tertentu tapi dengan modus Dorian, yaitu yang didasarkan atas tangga nada mayor yang berpusat tidak pada nada pertama atau "do" melainkan pada nada kedua atau "re".


Dengan demikian jelas bahwa karya ini bukan dalam nada dasar C atau A minor walaupun tanda mulanya natural. Fenomena seperti ini memang tidak lazim dalam teori musik umum yang kini dipelajari. Segovia sendiri menginterpretasi-kan nada dasar karya ini sebagai D minor dengan tanda mula 1 mol yang kemudian ditransposisikan ke nada dasar E minor dengan tanda kunci 1 kres. Dalam transkripsinya ia juga
 


Transkripsi Aria con Variazioni untuk solo gitar oleh Segovia yang disesuaikan ke dalam nada dasar E minor

 

Hampir semua edisi yang ada pada umumnya didasarkan atas transkripsi Segovia tanpa mengindahkan instruksi komponis dalam manuskrip aslinya. Hal tersebut dapat dilihat pertama dari susunan variasinya yang tidak mengikutkan variasi terakhir sebagai penutup melainkan diganti dengan pengulangan tema Aria sebagai penutup.


Sehubungan dengan itu penulis telah mencoba menyusun edisi sendiri dengan mengacu langsung kepada skor asli tanpa memodifikasi harmoninya. Berbeda dengan edisi lain penulis menyertakan variasi kelima: Quinta Parte: Corrente. Namun sebagai jalan tengahnya seperti transkriptor yang lain penulis membuat keputusan untuk menutup karya ini dengan tema pertamanya, Aria.


Transkripsi Aria detta la Frescobalda untuk solo gitar oleh Indrawan berdasarkan naskah asli untuk Organ yang ditransfer ke modus E dorian dalam dua kres.

 

Penulis sendiri pada mulanya juga tertarik dengan edisi Segovia ini bahkan seperti yang pernah dilakukan oleh Segovia sendiri, penulis sempat menampilkannya sebagai karya pembuka dalam program resital tunggal di Gedung Kesenian Jakarta (1995). Namun pada resital berikutnya di Melbourne, Australia (1999), yang juga menempatkan karya ini sebagai pembuka, penulis memutuskan untuk membawakan edisi sendiri setelah menemukan salinan yang aslinya untuk Organ.
Kegiatan transkripsi dalam bidang musik memiliki kaitan erat dengan penyajian hasil transkripsi itu sendiri. Dengan demikian fungsinya jelas yaitu menyediakan bahan-bahan bagi suatu paket pertunjukan. Dalam suatu program resital masalah yang didiskusikan tidak lagi mengenai proses transkripsi tapi pertunjukan itu sendiri. Itulah sebabnya dalam ujian-ujian penyajian musik seakan-akan ketrampilan transkripsi tidak diperhitungkan. Sehubungan dengan itu produk akhir suatu proses transkripsi bukan pertunjukan itu sendiri melainkan bahan-bahan pertunjukan dalam bentuk terbitan-terbitan teks musikal.


Proses penyusunan transkripsi diawali dengan latarbelakang penentuan bahan kemudian dilanjutkan dengan penentuan karya dan mempertanyakan mengapa ia memilih bahan tersebut. Berdasarkan kajian mengenai latar belakang periode sejarah musik dan instrumen yang akan ditranskrip dan isyarat-isyarat teknis yang diperoleh dari penelitian terhadap edisi-edisi yang ada maka disusunlah suatu rencana penulisan. Sebelum diterbitkan umumnya transkriptor membuktikan hasil transkripsinya melalui suatu penyajian di hadapan publik.


Walaupun tidak sama persis dengan prosedur penelitian ilmiah (Semangun 1992:12-22) secara garis besar proses transkripsi memiliki kemiripan dengan kegiatan ilmiah. Perbedaannya ialah jika bahan-bahan penelitian di bidang teori ialah literatur dan hasilnya berupa karya tulis, maka dalam proses transkripsi bahan-bahannya berupa manuskrip dan teks musikal, sedangkan produk akhirnya adalah terbitan teks musik yang baru. Keterkaitan transkripsi dengan bidang pertunjukan dan komposisi musik bermula dari penyelidikan kritis dan historis tentang teks musik guna menentukan bentuk teks musik yang dapat dibertanggung jawabkan. Hal ini menunjukkan bahwa proses transkripsi gitar klasik dapat memenuhi bobot keilmuan dalam konteks musikologi.


Suatu pertunjukan yang baik dari musisi Indonesia belum tentu dapat dipertanggung jawabkan baik secara musikologis maupun secara hukum hak cipta dan secara musikologis. Sehubungan dengan itu peranan transkripsi dalam dunia penyajian musik sangat jelas yaitu membantu mempersiapkan keberhasilan suatu pementasan. Sebagai tindak lanjutnya, ketrampilan menyusun transkrisi perlu dikembangkan menjadi suatu bidang ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi Indonesia. Dengan demikian ketrampilan transkripsi akan membantu penyediaan bahan ajar praktikum di perguruan tinggi agar tidak selalu tergantung dari produk-produk luar negeri. Penerbitkan sendiri naskah-naskah musikal dengan harga yang terjangkau akan menolong gitaris-gitaris kita terhindar dari pelanggaran hak cipta.


Penelitian ini menyimpulkan bahwa di antara berbagai peranannya yang terpenting dalam pengembangan studi gitar dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia ialah:

(1) Mengatasi gap di antara kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang rata-rata rendah dengan kebutuhan masyarakat akan produk-produk transkripsi gitar klasik. Melalui ketrampilan sarjana-sarjana musik Indonesia dalam meperoduksi transkripsi sendiri, kebutuhan akan naskah musikal asli yang hampir seluruhnya merupakan produk negara-negara maju dengan harga yang mahal dapat teratasi.

(2) Meningkatkan kualitas kesarjanaan bangsa Indonesia di bidang gitar klasik di masa yang akan datang, baik dalam bidang pendidikan maupun penyajian musik, dengan menjamin keaslian produk-produknya secara bertanggung jawab.

(3) Memberikan nilai lebih pada bidang studi gitar klasik di Indonesia terhadap institusi-institusi pendidikan tinggi musik di negara-negara lain yang hingga kini umumnya belum mengakomodasi seni transkripsi ke dalam kurikulum mereka. Perlu dicatat bahwa keahlian transkripsi umumnya hanya dimiliki oleh para maestro yang oleh ahli-ahli gitar di negara-negara maju sendiri sangat dihargai. Sayang, kecuali sangat sedikit, hampir tidak seorangpun dari mereka memikirkan pengembangan seni transkripsi ke dalam suatu bidang studi.

 

 

Seni Musik Klasik

Download Buku

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook Comments