<>

Rabu, 12 Maret 2014

Prelude pada Musik Klasik

 

Prelude

 

Prelude adalah bagian pembuka suatu karya musik klasik. Terminologi ini populer dalam kehidupan musik abad ke-17, sebagai pembuka kumpulan jenis-jenis tarian tradisional di Eropa. Pada musik populer saat ini musik umumnya didahului oleh introduksi dan diakhiri oleh bagian akhir yang disebut Coda yang secara literal berartio ekor. Walaupun termasuk genre kuno, hingga saat ini beberapa komposer juga menggunakan istilah tersebut yang walaupun dengan maksud yang berbeda, namun pengertian dasarnya sama yaitu pembuka. Setelah membahas musik klasik dalam 14 bab, buku ini ditutup dengan Coda yang memuat tentang musik klasik di Indonesia

 

Jenis-jenis musik yang ada di seluruh dunia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara misalnya berdasarkan kemiripan ciri-ciri umumnya (genre), fungsinya, maupun geografi. Secara geografi musik dapat dibagi menjadi musik Barat yang mengacu kepada negara-negara Eropa, dan musik Timur di wilayah Asia dan Timur Tengah yang memiliki varian yang sangat banyak.

 

Dari berbagai kemungkinan pengelompokan yang ada tampaknya secara umum musik yang ada di dunia dapat dikelompokkan kepada tiga jenis yaitu musik tradisi, musik hiburan, dan musik serius yang umumnya disebut orang sebagai musik klasik. Kreativitas pertunjukan dan penciptaan musik tradisi dibatasi oleh norma-norma yang berlaku pada suatu kebudayaan sehingga memiliki ciri lokal yang amat kental. Di Indonesia musik-musik tradisi dapat dikenali berdasarkan batasan geografis dan etnisitasnya, misalnya musik Minang, musik Batak, musik Dayak, dan musik Jawa. Di Jawa dan Bali ada istilah khusus untuk menyebut musik tradisi, yaitu yang dikenal dengan istilah karawitan. Sekarang ada istilah untuk menyebut seluruh musik yang terdapat di seluruh wilayah kepuluan Indonesia, termasuk karawitan, yaitu musik Nusantara.

 

Musik hiburan adalah musik yang paling populer di kalangan masyarakat modern saat ini. Secara umum kreativitas musik hiburan dibatasi oleh selera masyarakat. Dari segi ekonomi musik hiburan merupakan salah satu bentuk industri. Keberhasilan pertunjukan musik hiburan ditentukan oleh promosi penjualannya. Guna mencapai sukses para manajer musik hiburan perlu memahami selera pasar yang sedang berlaku. Karakteristik musik hiburan mengacu kepada sistem diatonik yang berasal dari Barat sementara ciri-ciri lokal umumnya didominasi oleh aspek bahasa. Walaupun demikian pada lingkungan masyarakat tradisional juga terdapat musik hiburan yang mengacu kepada idiom-idiom musik tradisi.

 

Pada umumnya musik hiburan didominasi oleh musik vokal dan sedikit di antaranya dari jenis musik instrumental. Di antara beberapa jenis musik hiburan ada juga yang memperhatikan aspek-aspek kreativitas yang tinggi dan tidak tergantung dari musik vokal serta tidak sepenuhnya mengikuti selera masyarakat. Di antara musik hiburan tersebut dari jenis tersebut ialah musik jazz yang mengutamakan aspek kreativitas dalam bentuk permainan improvisasi bagi seluruh pemain instrumennya termasuk penyanyinya. Walaupun demikian kebebasan mereka tetap berada dalam rambu-rambu tonalitas yang berlaku dalam musik diatonik.

 

Berbeda dengan musik tradisi dan musik hiburan, kreativitas musik klasik pada masyarakat modern sama sekali tidak dibatasi baik oleh tradisi maupun oleh kecenderungan yang berkembang di masyarakat. Dengan kata lain musik serius memiliki kebebasan artistik yang jauh lebih luas dibandingkan dengan musik hiburan. Namun sebaliknya, di samping kreativitas yang berkembang secara bebas, dalam beberapa kasus musik klasik justru memanfaatkan idiom-idiom berbagai musik-musik populer, musik rakyat, bahkan tradisi berbagai kebudayaan guna memperkaya karya-karyanya.

 

Kebebasan artistik dalam serius bukan berarti tidak memilki aturan melainkan didasarkan atas berbagai pertimbangan konsep-konsep teoretik yang juga senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut yang menyebabkan musik klasik senantiasa selalu berubah selama berabad-abad. Sejak era Abad Pertengahan hingga saat ini varian musik klasik sangat luas dan senantiasa berkembang. Perkembangan musik klasik mulai dari penerapan sistem diatonis yang sederhana pada abad pertengahan hingga mencapai kompleksitasnya di akhir era Romantik. Bahkan sejak memasuki abad ke-20, sementara model sitem tonalitas diatonik yang merupakan warisan era Klasik abad ke-18 dan eksplorasi sistem tersebut sebagai warisan era Romantik era abad ke-19 hingga kini masih tetap diterapkan pada musik hiburan populer dan jazz, musik klasik telah meninggalkan sistem tersebut dan terus mengembangkan kreativitas dan inovasinya yang paling mutakhir.

 

Banyak orang mengira kalau musik klasik senantiasa menggunakan media akustik. Aliran komposisi musik elektronik dalam musik klasik telah dimulai lama sebelum ditemukannya synthesizer, dengan tape loops dan alat musik elektronik analog di tahun 1950-an dan 1960-an. Para komposer bahkan tidak mengandalkan perkembangan teknologi melainkan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kreativitas mereka. Para pelopor aliran musik elektronik tersebut antara lain John Cage, Pierre Schaeffer, dan Karlheinz Stockhausen. Beberapa komposer musik elektronik masa kini yang telah memberikan kontribusinya untuk pengembangan musik klasik aliran kontemporer ialah Ton de Leuw dari Belanda dan Jack Body dari New Zealand. Saat ini Indonesia sendiri memiliki beberapa komposer yang menaruh perhatian terhadap musik elektronik, di antaranya ialah Otto Shidarta dari Jakarta, dan Slamet Raharjo dari Yogyakarta.

 

Istilah musik klasik umumnya lebih dikenal luas sebagai musik serius. Walaupun demikian secara khusus dalam diskusi etnomusikologi, istilah musik klasik tidak hanya merujuk pada musik klasik Eropa saja, melainkan juga pada musik-musik di Asia dan Timur seperti misalnya musik klasik Persia, India, Tiongkok, dan lain-lain. Dalam lingkup musikologi, penggunaan kata 'klasik' bisa mengandung tiga makna. Yang pertama ialah berarti Musik Kuno, yaitu musik yang berkembang pada era Yunani Kuno (masa Antiquity). Pengertian yang kedua ialah musik pada era Klasik, yang didominasi oleh gaya Wina pada abad ke-18 dengan tiga tokoh komposer yang terkenal yaitu Haydn, Mozart, dan Beethoven. Ketiga, kata 'klasik' yang diterapkan pada musik klasik pada saat ini ialah sebagai musik seni (art music); yang pengertiannya berbeda dengan istilah seni musik atau musical arts. Yang dimaksud klasik dalam konteks ini ialah lawan dari musik hiburan. Secara khusus, di Indonesia ada istilah lagu seriosa untuk menamai musik vokal yang intinya mirip dengan musik klasik pada umumnya. Musik dalam pengertian yang terakhir inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam buku ini.

 

Pokok bahasan musik klasik sangat luas karena tidak melulu membicarakan fenomena musikal yang terjadi di sekitar saat ini tapi juga yang terjadi selama berabad-abad. Dengan demikian berbeda dengan musik non klasik yang didasarkan atas fenomena musikal yang terjadi saat ini atau masa kontemporer, dan tidak jauh dari sekitar abad ke-20. Tidaklah mengherankan jika secara kuantitatif musik klasik tidak hanya memiliki repertoar yang sangat luas namun juga literatur yang juga luas. Keluasan cakupan pembahasan musik klasik yang menyangkut waktu berabad-abad memungkinkannya untuk dilakukan pembahasan dengan pendektan sejarah, baik secara diakronis melalui pendekatan kronologis, yaitu dari tahun ke tahun secara bertahap, maupun secara sinkronis, yaitu mengkaitkannya dengan aspek-aspek terkait di sekitar periode yang dibahas.

 

Guna memudahkan pemahaman terhadap musik klasik maka seseorang perlu memahami aspek-aspek sejarah musik klasik yang meliputi pengertian-pengertian dasar mengenai musik secara umum. Walaupun jarang diterapkan pada buku-buku pengantar tentang pengetahuan musik, proses kelahiran sistem tonal berikut pengembangannya selama berad-abad hingga akhirnya digantikan oleh sistem musikal yang lain, juga perlu diketahui.

 

Buku ini tidak secara khusus membahas sejarah musik klasik sehubungan dengan itu hanya dibahas secara singkat sebagai latar belakang dalam memahami musik klasik secara lebih mendalam. Sehubungan dengan itu di samping membicarakan proses kelahiran dan perkembangan sisten tonal, kronologi sejarah dan riwayat hidup beberapa komponis musik klasik dibahs secara singkat. Termasuk ke dalam pembahasan material musik ialah dasar-dasar teori musik yang meliputi pemahaman berbagai aspek musikal. Landasan teori musik ini diarahkan untuk memahami bentuk-bentuk musik, mulai dari unit-unit sub struktur hingga bentuk-bentuk standar.

 

Hingga kini orkestra diyakini sebagai suatu formasi standar dalam bisnis musik klasik. Sehubungan dengan itu pengetahuan umum tentang orkestra seperti hal-hal yang berkaitan dengan klasifikasi instrumen, perlu diketahui. Walaupun orkestra termasuk ke dalam hal penting yang perlu diketahui, namun dalam kenyataannya formasi yang berkembang di masyarakat justru adalah instrumen-instrumen solo dan vokal. Sehubungan dengan itu pokok bahasn musik instrumental dan vokal juga dibahas dalam buku ini. Sebagai penutup, buku ini membahas keberadaan musik klasik di Indonesia.

 

 

Musik Klasik

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook Comments